• Muhamad Denih, Jurnalis
Lintas-7.com - Bogor. Sebuah rumah di Kampung Sukagalih RT 03 RW 09, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang , Kabupatrn Bogor, ambruk.
Sri Mulyati pemilik rumah memilih bertahan selama 21 tahun, kini harus hancur dan rata dengan tanah, bahkan belum ada bantuan dari pemerintah.
Berulang kali Sri Mulyati melaporkan kondisi rumahnya yang ambruk dua bulan lalu, kepada Ketua RT dan RW setempat. Namun hingga kini, bantuan yang ia tunggu-tunggu tak kunjung tiba.
"Sudah lapor RT dan RW, tapi sampai rumah rubuh belum ada bantuan apa pun. Sekarang kami hanya bisa pasrah,”ujarnya, Senin (30/12/2024).
Atap bocor, dinding doyong, hingga lantai beralas semen kasar menjadi saksi bisu perjuangan keluarganya bertahan di tengah keterbatasan.
Dindingnya yang terbuat dari bilik bambu mulai bolong, tambalan koran dan karung menjadi pemandangan sehari-hari.
Dia menyebut, karena kondisi rumah tak lagi layak huni, bersama kedua anaknya, Nanda dan Hapid, terpaksa mengungsi ke rumah kosong milik tetangga.
"Kami bersyukur masih ada tempat berteduh. Tapi, setiap melihat kondisi rumah yang sudah rata dengan tanah, hati saya hancur,” katanya sambil menahan tangis.
Kondisi ini mengundang perhatian, Muhamad Ikbal seorang aktivis dari Bogor Barat menilai, bahwa Sri Mulyati seharusnya menjadi prioritas penerima bantuan program rumah tidak layak huni (RTLH).
“Dana RTLH seharusnya bisa menyasar warga seperti Ibu Sri Mulyati. Kami akan mengawal persoalan ini hingga pemerintah memberikan respons nyata,” tegasnya.